Selasa, 09 April 2013

BBL Perlu Dikaji Dan Disubsidi

Beberapa waktu lalu di Indonesia sempat heboh tentang pak Dahlan dan mobil Tuxucinya yang diruwat sebelum di test drive dan mengalami kecelakaan. Saya pun tak mengira ternyata teknologi mobil listrik indonesia sudah berkembang sejauh itu walaupun setelah kecelakaan sekarang semua seolah terhenti, tapi itu patut diapresiasi. beberapa hari saya terpikir mengapa kendaaran listrik di Indonesia sulit berkembang sampai saya terpikir mungkin perlu ada formulasi khusus mengenai bahan bakarnya. Mungkin pemerintah juga harus memberikan stimulasi agar penggunaan kendaraan listrik meningkat, contohnya dengan memproduksi motor listrik yang menggunakan baterry portable sehingga dapat dilepas dan dipasang lagi hal itu dimaksudkan agar bisa mengisi ulang energi ditempat sempit karena sepeda listriknya tetap berada di tempat parkir. Mungkin konsep kendaraan listrik seperti ini cocok digunakan untuk siswa dan siswi sekolah karena mereka hanya perlu berangkat kesekolah dan pulang kerumah. Disekolah siswa dan siswi tersebut bisa mengisi ulang battery sepeda listrik di kelas pada saat jam pelajaran berlangsung dan tak mengganggu proses belajar mengajar, harapan saya mereka tak dipungut biaya lagi sepeserpun karena menurut saya biaya pendidikan sudah cukup mahal. Tapi dalam penggunaannya konsep ini sangat membantu dan cocok untuk kegiatan berkendara rutin karena dapat memotong pengeluaran secara signifikan. Yah ditengah polemik BBM bersubsidi yang salah sasaran dan membengkakkan anggaran ada baiknya kita meninjau BBL subsidi penuh tanpa pungutan biaya tersebut. Sebagai manusia jika di suruh memilih antara harus membayar atau tidak membayar saya lebih memilih tidak membayar dalam penggunaan BBL.